Sunday, March 28, 2010

KEPEMIMPINAN

A. Pengertian kepemimpinan
1. Beberapa konsep kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga konsep yakni : (1) Konsep pertama mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seseorang. (2) Konsep kedua, mengemukakan bahwa konsep ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. (3) Konsep ketiga, konsep ini merupakan konsep yang lebih maju lagi, konsep ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis.
2. Definisi kepemimpinan
Berdasarkan konsep-konsep diatas, pengertian kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo, yakni :
Kepemimpinan dapat didefinisikan yakni, sutu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang yang mencontohnya. Dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
B. Dimensi-dimensi dalam kepemimpinan
Dalam usahanya menggabungkan teori dan penelitian tentang kepemimpinan, David G. Bowers dan Stanly E. Seashore mengusulkan empat dimensi pokok dari sturktur fundamental kepemimpinannya, yaitu :
1. Bantuan (Support) tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting.
2. Kemudahan Interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling menyenangkan.
3. Pengutamaaan tujuan tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan bekerja tingkah laku yang membantu tujuan dengan kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, perencanaan, dan penyediaan sumber-sember seperti alat-alat, bahan-bahan, dan pengetahuan teknis.
C. Pendekatan dan model kepemimpinan
1. Pendahuluan
Carrol dan Tosi merangkum tiga pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan di dalam pasal ini.
2. Pendekatan sifat-sifat
Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpinan karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti dikatan oleh Thie Rauf-pendekatan keturunan menyatakan bahwa pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat-bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya.
3. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku (behaviour approuch) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan.
4. Pendekatan situasional
Pendekatan situasional disebut juga pendekatan kontingensi, pendekatan ini didasarkan asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan auatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki cirri-ciri khusus dan unik.
5. Beberapa model kepemimpinan
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi melahirkan banyak model kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan yang akan diutarakan di sini adalah model kepemimpinan kontingensi fielder, model kepemimpinan tiga dimensi, dan model kepemimpinan lima faktor.
6. Aplikasinya bagi kepemimpinan
Dalam hubungan dengan kepemimpinan pendidikan, penulis berpendapat bahwa ketiga macam pendekatan, pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional sangat diperlukan. Ketiga-tiganya merupakan variabel pokok yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam kepemimpinan pendidikan.


Administrasi pendidikan sering diartikan sebagai proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pengendalian kegiatan kelompok berkenaan dengan kegiatan perencanaan (planning); pengaturan (organizing);menggerakkan (actua-ting);pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan.
Pengertian administrasi pendidikan telah diungkapkan oleh beberapa ahli, dipandang dari fokus yang berbeda sesuai konsep teoretis yang melandasinya.
Stephen J. Knezeich (1984:9) dalam buku Administration of Public Education mendefinisikan bahwa :
Educational administration is a specialized set of organizational functions whose primary purposes are to insure the efficient and effective delivery of relevant educational service as well as implementation of legislative policies through planning, decision making, and ledership behavior that keeps the organizations focused on predetermined objectives, provides for optimum allocation and most productive uses, stimulates and coordinated professional and other personnel to produce a coherent social system and desirable organizational climat, and facilitates determination of essential changes to satisfy future and emerging needs of student and sociaty.
Makna dari uraian tersebut, menunjukkan kompleksitas aktivitas yang saling ketergantungan. Administrasi pendidikan merupakan sekumpulan fungsi-fungsi organisasi yang memiliki tujuan utama untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan, sebagaimana pelaksanaan kebijakan melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, dan iklim organisasi yang kondusif, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.
Hadari Nawawi (1981 : 11) mengemukakan administrasi pendidikan, adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan, secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama lembaga pendidikan formal.
Engkoswara (1987:1) mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”. Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, “mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”.

No comments:

Post a Comment