Sunday, March 28, 2010

Susunan Organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

• Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari :
1. Kepala Dinas.
2. Wakil Kepala Dinas.
3. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
o Sub Bagian Umum.
o Sub Bagian Keuangan.
o Sub Bagian Kepegawaian.
o Sub Bagian Organisasi dan Hukum.
4. Sub Dinas Bina Program, terdiri dari :
o Seksi Penyusunan Program.
o Seksi Pengumpulan, Pengolahan data dan Pelaporan.
o Seksi Monotoring dan Evaluasi.
5. Sub Dinas Pendidikan Dasar dan Pendidikan Luar Biasa, terdiri dari :
o Seksi Pembinaan Siswa.
o Seksi Kurikulum.
o Seksi Tenaga Guru.
o Seksi Sarana.
6. Sub Dinas Pendidikan Menengah Umum, terdiri dari :
o Seksi Pembinaan Siswa.
o Seksi Kurikulum.
o Seksi Tenaga Guru.
o Seksi Sarana.
7. Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan, terdiri dari :
o Seksi Pembinaan Siswa.
o Seksi Kurikulum.
o Seksi Tenaga Guru.
o Seksi Sarana.
8. Sub Dinas Pendidikan Tinggi, terdiri dari :
o Seksi Pembinaan Mahasiswa.
o Seksi Kurikulum.
o Seksi Tenaga Akademis.
o Seksi Akreditas.
9. Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Luar Biasa:
o Seksi Kurikulum.
o Seksi Pelatihan Tenaga Guru.
o Seksi Fasilitas Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Luar Biasa.
o Seksi Pemberdayaan Masyarakat.
10. Sub Dinas Pengembangan Tenaga Kependidikan, terdiri dari :
o Seksi Pendidikan dan Latihan.
o Seksi Evaluasi Kinerja Tenaga Kependidikan.
o Seksi Mutasi Tenaga Kependidikan.
o Seksi Pembinaan aparatur dan Pemberian Penghargaan.
11. Unit Pelaksana Teknis Dinas, Balai Latihan Pendidikan Tehnik.
12. Kelompok Jabatan Fungsional.

1. KEPALA DINAS PENDIDIKAN : Drs. H. TARONI HIA
2. Wakil Kepala Dinas Pendidikan : Drs. Mangasi Lumbanraja
3. Kabag Tata Usaha : Drs. Delta Pasaribu
4. Kasubdis Bina Program : Dra. Rosmawati Nadeak, M.Pd
5. Kasubdis Pendidikan Dasar dan Pendidikan Luar Biasa : Drs. H. Ali Akbar Simamora
6. Kasubdis Pendidikan Menengah Umum : Drs. Bahauddin Manik
7. Kasubdis Pendidikan Menengah Kejuruan : Drs. HME. Pakpahan, MM
8. Kasubdis Pendidikan Luar Sekolah : Drs. H. Ibnu Saud Nasution
9. Kasubdis Pendidikan Tinggi : Hermansyur, SE., MSi
10. Kasubdis Tenaga Kependidikan : Maju Siregar, SH., MM
11. Kepala BLPT ( Balai Latihan Pendidikan Teknik ) : Drs. Mahdi Ibrahim, MM
12. Kepala Sekolah Luar Biasa : Drs. Djawak Ginting
13. Kasubbag Keuangan pada bagian Tata Usaha : Fachruddin Efendi Lubis, SE
14. Kasubbag Kepegawaian pada bagian Tata Usaha :
15. Kasubbag Organisasi dan Hukum pada bagian Tata Usaha : Ratnawati Pane, SH
16. Kasi Penyusunan Program : Luhut Siregar, SE (Plt)
17. Kasi Pengumpulan / Pengolahan data dan Pelaporan pada SBP : Drs. Luthfy Hendry
18. Kasi Monitoring dan Evaluasi pada SBP :
19. Kasi Pembinaan Kesiswaan pada Subdis TK, P. Dasar dan PLB : Drs. Marsanto
20. Kasi Kurikulum pada Subdis TK, P. Dasar dan PLB :
21. Kasi Pembinaan Tenaga Guru pada Subdis TK, P. Dasar dan PLB : Dra. Hj. Siti Kholijah Siregar
22. Kasi Sarana pada Subdis TK, P. Dasar dan PLB : Drs. Bahrizal
23. Kasi Pembinaan Tenaga Guru Pada Subdinas PMU : Dra. Hj. Hariyati Ellida
24. Kasi Sarana pada Subdinas PMU : Drs. Basrin Siregar
25. Kasi Pembinaan Kesiswaan Pada Subdinas PMK : Drs. Hj. Sukmawati
26. Kasi Kurikulum pada Subdinas PMK : Dra. Yuniar
27. Kasi Sarana pada Subdinas PMK : Dra. Latifah Hanum Daulay
28. Kasi Pembinaan Mahasiswa pada Subdinas Pendidikan Tinggi : Afifuddin Harahap, SH
29. Kasi Tenaga Akademis pada Subdinas Pendidikan Tinggi : Drs. Nasrun
30. Kasi Akreditasi pada Subdinas Pendidikan Tinggi : Drs. Sokhizoro Laia
31. Kasi Kurikulum pada Subdis PLS : Dra. Masdewani
32. Kasi Tenaga dan Pelatihan pada Subdis PLS : Dra. Ida Bintang Sibuea
33. Kasi Evaluasi Kinerja Tenaga Kependidikan pada Subdis PTK : Drs. Ikwan Faizan Nasution
34. Kasi Mutasi Tenaga Kependidikan pada Subdis PTK : Mucklis, SH
35. Kasi Pembinaan Aparatur dan Pemberian Penghargaan Subdis PTK : Irmawati Kesuma, SH
36. Kasi Tata Usaha pada BLPT : Drs. Apol Sidouruk
37. Kasi Elektronika pada BLPT : Drs. Nogar Silitongan MT
38. Kasi Listrik pada BLPT : Drs. Bistok Tambunan

BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA BAGI REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Remaja yang berkualitas adalah remaja yang berwawasan luas,mempunyai segudang ilmu pengetahuan,dan mampu memberikan yang terbaik untuk dirinya,keluarga,bangsa,dan negaranya.Ilmu tidak hanya didapat dari pendidikan formal seperti sekolah saja,tetapi juga bisa didapat dari lingkungan seperti masyarakat yang terlihat dalam sebuah pergaulan.Pergaulan yang dapat memberikan ilmu yang bermanfaat adalah pergaulan yang baik dan sehat.Masa remaja adalah masa yang labil,karena masa ini merupakan masa pencarian jati diri,sekarang banyak generasi muda yang terlalu menganggap remeh pergaulan,sehingga menimbulkan banyak masalah,seperti pelecehan sex sual dan penyalahan gunaan narkoba.
Narkoba menjadi persoalan yang banyak dibicarakan,dan narkotika telah menjadi bencana dunia,banyak orang telah mendengar nama narkotika,namun banyak orang yang tidak tahu model barang ini.Sebagai langkah antisipasi sekaligus mewaspadai menjangkitnya penyakit sosial ini sebaiknya kita perlu mencari akar dan menentukan solusi terbaik agar masyarakat tidak dirusak oleh narkotika.
Dunia kedokteran melaporkan 70 % pelaku penggunaan narkotika adalah para remaja.Siapakah remaja itu.? Defenisi umumnya adalah “sekelompok manusia yang tidak mau dianggap anak-anak,tetapi belum mampu menempati dunia dewasa.” Mereka berada pada jenjang tengah tidak disebut anak kecil lagi dan belum bisa disebut orang dewasa.Intinya sedang dalam perjalanan menuju kedewasaan dan umur remaja biasanya berkisar pada 13-21 tahun atau umur sekolah.Bayangkan pada usia begini muda,dunia yang selayakny mereka didalam dunia pendidikan [sekolah] untuk menggapai cita-citanya tapi mereka sudah dirusak oleh narkoba,bagaimana keadaan bangsa dan negara ini,jika generasi mudanya sudah dirusak narkoba,karena generasi muda hari ini adalah pemimpin hari depan,”the young today the leader tomorrow”.
Untuk mengantisipasi makin banyaknya korban narkoba dikalangan remaja,maka penulis sangat tertarik sekali untuk menulis makalah ini,yang penulis beri judul BAHAYA PENYALAHGUNAA NARKOBA BAGI REMAJA.
B.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
• Agar kita mengetahui tentang narkoba sehingga kita mampu untuk menjahuinya,
• Sebagai bahan masukan bagi para remaja agar mereka mampu menjauhkan dirinya dari narkoba.
C.Kegunaan Penulisan
Sebagai bahan acuan bagi para remaja,betapa berbahayanya penyalah gunaan narkoba bagi masa depannya,agar mereka bisa menjahuinya demi masa depannya yang lebih biak.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Defenisi narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika,alkohol dan obat-obatan berbahaya.Selain itu ada kata-kata lain yang mempunyai makna yang sama yaitu : NAZA ( Narkotika dan Zat Adiktif ),dan NAPZA ( Narkotika Psikotripika dan Zat Adiktif ).
.Istilah NAPZA lebih tepat karena didalam singkatan tersebut terdapat Psikotropika,obat yang biasanya digunakan untuk gangguan kesehatan jiwa namun obat ini termasuk obat yang sering disalahgunakan dan dapat menimbulkan adiksi.
Narkoba pada awalnya adalah sejenis obat-obatan tertentu yang digunakan oleh kalangan kedokteran untuk terapi penyakit,misalnya untuk menghilangkan rasa nyeri,namun pada perkembangannya obat–obat itu disalah gunakan (abuse) sehingga menimbulkan ketergantungan ( adiksi ),pengertian lain narkoba adalah :”Zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,pikiran,suasana hati serta prilaku jika masuk kedalam tubuh manusia,baik dengan cara dimakan,diminum,dihirup,suntik,intravena dan lain sebagainya”.
B.jenis jenis Narkoba
• Candu / madat atau opium
Yaitu narkotika yang dinikmati pakai pipa isapan,dari candu atau opium ini dapat dihasilkan morfin yang berbentuk tepung licin dan halus keputih- putihan atau kuning.morfin sangat berbahaya karena denyut jantung dan tubuh akan sangat lemah,morfin biasa dipakai dengan menyuntikan pada lengan dan paha.
• Heroin
Dihasilkan melalui proses kimia atas bahan baku morfin.heroin yang diedarkan sering dalam bentuk bubuk berwarna putih keabu-abuan atau coklat,dinikmati dengan cara mencium narkoba tersebut.kalau pakai suntik pemakai sangat menderita dan akhirnya bisa mati.
• Shabu shabu
Adalah heroin kelas dua,yang dihisap dengan menggunakan suatu alat khusus.
• Ectasy / Metamphetamines
Dalam bentuk pil yang berakibat kondisi tubuh memburuk dan tekanan darah semakin tinggi.
• Putaw
Sebenarnya heroin kelas lima atau enam,yang merupakn ampas heroin,digunakan yaitu dengan cara membakar dan dihisap asapnya.
• Ganja / Mariyuana
Ganja paling banyak dipakai,mungkin karena akibatnya yang tidak terlalu berbahaya bagi jiwa dan saraf pemakai.
• Hashish
Berbentuk tepung dan warnanya hitam.ia dinikmati dengan cara dihisap atau dimakan.narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya karena jarang membawa kematian.
C. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
I .Dampak terhadap kepribadian
 Menyembunyikan tindakan
 Berpura –pura
 Berbohong
 Menipu
 Ingkar janji
II .dampak narkoba terhadap kesehatan tubuh
 Adiksi [ ketergantungan ]
 Infeksi paru-paru
 Penularan penyakit hepatitisn C dan B
 Penularan penyakit HIV AIDS
 Menurunkan kapasitas berfikir dan kemampuan mengambil keputusan
 Menimbulkan hipotensi
 Menimbulkan kecacatan pada bayi
 Kematian akibat overdosis dan infeksi
BAB III
PEMBAHASAN
A.Faktor Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba
Mencari akar sebuah persoalan bukan pekerjaan gampang.Namun demikian usaha kita adalah melacak akibat serta penyebab sekaligus memberikan solusi yang tepat guna mengatasi penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja.Alasan kerterlibatan remaja dalam narkotika harus dilihat secara komfrehensif,tidak secara sepihak,artinya tidak boleh mempermasalahkan lingkungan masyarakat semata melainkan juga melihat keadaan keluarga sekaligus mempertimbangkan hukum kodrat remaja yang bisa dikatakan sebagai elemen tertentu yang turut menjadikan remaja terlibat dalam narkotika.
Faktor–faktor yang menyebabkan remaja menjadi pemakai narkoba diantaranya adalah :
I .KELUARGA
Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagian bagi semua anggotanya.Banyak keluarga mengalami problema-problema tertentu.salah satunya ketidak harmonisan hubungan keluarga,banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orang tua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi diantara mereka.ketidak harmonisan yang terus berlanjut sering berakibat percerain.
Berhadapan dengan situasi demikian remaja merasa bimbang,bingung dan ketiadaan pegangan dalam hidupmnya.Kebimbangan mereka semakin diperparah oleh sifat orang tua yang mengkambing hitamkan mereka.Lebih parah lagi kalau sikap ini lahir dari watak orang tua yang otoriter,remaja akhirnya menjadi takut dan mencari sendiri pegangan hidupnya.Dalam pencarian inilah mereka akhirnya terjerumus kedalam narkotika,para remaja sesuai dengan umurnya suka bergaul dengan kelompoknya,tidak mustahil mereka menceburkan diri kedalam kelompok narkotika.
Remajapun bertanya dan mencari tahu,kepada siapa mereka harus bertanya jika orang tua hanya punya waktu bertengkar dan harus keluar rumah.? Akhir dari semua kebimbangan tadi adalah tidak mustahil mereka akhirnya terjerumus dalam narkotika itu .Narkotika akhirnya bisa dilihat oleh remaja sebagai pengganti kasih sayang dan perhatian yang tidak mereka dapati dari orang tua dirumah.
II.FAKTOR LINGKUNGAN MASYARAKAT
Lingkungan adalah wilayah tempat bergaul manusia.manusia adalah makhluk sosial,dia tidak bisa hidup sendiri dia membutuhkan orang lain betapapun dan siapapun dia,manusia sangat bergantung pada orang lain.Lingkungan tempat kita bergaul terbagi kepada dua yaitu,pertama lingkungan yang baik dalam artian lingkungan yang bisa memberikan pendidikan,yang kedua linkungan yang buruk dalm artian lingkungan yang tidak memberikan pendidikan,namun sebaliknya linkungan yang buruk ini banyak mendatangkan kemudharatan bagi manusia.
Remaja sebagai generasi muda yang masih labil dan dalam masa pencarian jati diri,sering mendapatkan hal-hal yang buruk dari lingkungan yang tidak sehat ini,kebanyakan pengaruh yang datang adalah dari teman sebayanya.pada remaja kemampuan untuk menolak ajakan teman umumya masih rendah,sehingga ajakan teman merupakan faktor yang cukup dominan.Penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja pada mulanya berawal dari hanya ingin coba-coba,kita menyadari bahwa rasa ingin tahu seorang remaja itu cukup tinggi.
Oleh karena itu badan kesehatan dunia WHO menganjurkan pelatihan life skill [ keterampilan hidup ] untuk dilatih pada remaja sehingga remaja terampil mengambil keputusan yang menguntungkan kesehatannya serta terampil menolak ajakan teman yang merugikan kesehatan.
B.Cara pencegahan Remaja Dari Penyalahgunaan Narkoba
Remaja adalah aset masa depan bangsa dan negara baik buruknya suatu negara dihari depan bergantung kepada generasi mudanya hari ini,bila generasi muda hari ini sudah dinodai oleh narkoba,kita bisa membayangkan bangsa dan negara Indonesia ini dimasa depan,yaitu akan hancur karena bangsa dan negara dipimpin oleh orang-orang yang sudah dirusak oleh narkoba.
Oleh karena itu untuk mencegah hal ini supaya jangan sampai terjadi,maka sudah menjadi tanggung jawab kita bersama,dalam rangka pencegahan penyalahgunaan narkoba dikalanagan remaja,ada beberapa elemen penting yang sangat besar peranannya yaitu :
1. KELUARAGA
Keluarga adalah elemen terkecil dalam masyarakat,baik buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan didalam keluaraganya,karena keluarga adalah pendidik pertama bagi anak.Anak yang baru lahir ibarat kertas putih yang belum ternoda dan suci maka keluaragalah yang akan menulisnya,baik atau buruknya sifat sang anak bergantung kepada pendidikan didalam keluarga tersebut,anak kecil suka meniru apa yang dilakukan / diucapakan orang sekelilingnya,maka ketika berhadapan dengan anak kecil jagalah sikap dan perlihatkan yang baik –baik saja.Disaat anak masih kecillah kita bisa meletakkan dasar-dasar pendidkan yang baik agar dimasa remajnya dia bisa menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
Pendidikan anak harus dilakukan secara solit namun hendaknya orang tua harus bijak dalam bersikap dan tahu dimana dan kapan kita harus bersikap keras dan lembut.Ingat anak adalah investasi yang tidak ternilai bagi keluarga,bukan stock mobil dan property mewah,sebagai orang tua tak jarang dia harus mengorbankan kesenangan dan kepentingannya demi mendidik anak kita sendiri,luangkan waktu anda untuk belajar mendidik anak.Jangan fikir bahwa kita orang tua sudah tahu segalanya,perkembangan zaman juga menuntut reformasi dibidang mendidik anak.
2. SEKOLAH.
Sekolah adalah tempat anak memperoleh pendidikan formal, kalau dalam keluarga yang berperan besar dalam mendidik anak adalah orang tua, maka di sekolah yang berperan besar adalah guru,guru adalah pendidik karena profesinya.Guru hendaknya bisa menjadi panutan serta tauladan bagi peserta didiknya,walaupun disekolah tidak ada suatu mata pelajaran khusus mengenai masalah narkoba ini,guru-guru diharapkan disetiap mata pelajaran dapat mengintegrasikan pendidikan narkoba ini.Guru-guru diharapkan menerangkan apa itu narkoba dan apa bahayanya jika disalahgunakan, dengan demikian diharapkan para remaja takut berkenalan dengan narkoba.
3. LINGKUNGAN.
Lingkungan masyarakat merupakan tempat dimana para remaja mulai berkenalan dengan narkoba,yang berawal dari coba-coba dan ajakan dari teman sehingga menjadi ketergantungan.Untuk menghindari seorang remaja dari penyalahgunaan narkoba maka pilihlah pergaulan yang sehat atau lingkungan yang bisa memberikan pendidikan dan selektiflah dalam memilih teman sebab teman yang baik adalah teman yang bisa memberikan nasehat kepada teman yang lain.
Itulah tiga elemen yang sangat besar peranannya dalam pendidikan seorang remaja, tiga elemen ini harus bekerja sama, demi mencegah meluasnya penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja.
Berikut penulis sampaikan cara pengobatan dan pencegahan bagi pecandu narkoba:
- Pengobatan
•Pengobatan adiksi (detoks)
•Pengobatan infeksi
•Rehabilitasi
•Pelatihan mandiri
- Pencegahan
•Memperkuat keimanan
•Memilih pergaulan yang sehat
•Komunikasi yang baik dengan keluarga
•Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian pada bab I sampai III penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kebanyakan korban penyalahgunaan narkoba adalah para remaja
2. Sasaran pengedaran narkoba adalah anak usia sekolah
B. Saran-saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan terhadap masalah remaja dan narkoba ini adalah:
1. Karena kebanyakan korban narkoba adalah anak usia sekolah pemerintah diharapkan memasukkan pendidikan tentang bahaya narkoba ke dalam kurikulum pendidikan
2. Kepada aparat penegak hukum diharapkan berperan aktif untuk menangkap para bandar narkoba dan memberikan hukuman yang seberat-beratnya.
LAMPIRAN
ECSTASY :amphetamine
PUTAW :getah berupa kristal
PSIKOTROPIKA :zat yang berupa depressant,stimutan (extacy) dan halusinogen
NARKOTIKA :zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan,suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan saraf
DAFTAR PUSTAKA
Mappiare, Andi . 1982.Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional
Prayitno, Elida . 2006.Psikologi Perkembangan Remaja . Padang : UNP
Aliasar,dkk . 2006 . Bahan Ajar Pedagogi . Padang : UNP
Tim Perkembangan Peserta Didik . 2005 . Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2
C. Kegunaan Penulisan……………………………………………………2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Narkoba……………………………………………………3
B. Jenis-jenis Narkoba……………………………………………………3
C. Dampak Penyalahgunaan Narkoba……………………………………5
BAB III PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba…………………….6
B. Cara Pencegahan Remaja Dari Penyalahgunaan Narkoba…………….8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..12
B. Saran-saran……………………………………………………………12
LAMPIRAN…………………………………………….………………………..13DAFTAR PUSTAKA

Tiga Langkah Menjadi Manusia Terbaik

Syarah Hadits
17/11/2008 | 17 Zulqaedah 1429 H | Hits: 21.129
Oleh: Mochamad Bugi
________________________________________
dakwatuna.com - Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-muhan yang sedikit ini bisa menginspirasi.

Bisnis Itu Permainan, Bukan Ilmu Pengetahuan

Oleh : Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan

Selama kita merasa belum familiar dan takut memulai bisnis, biasanya yang timbul di pikiran kita adalah: “belajar!”. Pilihannya mungkin dengan jalan mengambil program S2 dan jadi seorang MBA, atau ikut sebanyak-banyaknya seminar dan pelatihan, atau bisa juga dengan berguru dan mengabdi pada seorang begawan bisnis.

Kira-kira, sudah selaraskah alur pemikiran yang sedemikian dengan apa yang terjadi pada kenyataannya? Mari kita telaah.

Kebanyakan dari kita berbisnis karena ingin sukses, lalu menjadi kaya raya. Kita membayangkan, betapa enak dan hebatnya bila kita dapat sesukses dan sekaya Bill Gates atau Donald Trump. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mereka itulah orang-orang sukses yang sebenar-benarnya. Merekalah sosok-sosok pebisnis yang prestasinya membuat banyak orang terobsesi.

Maka tidak heran jika para pakar pun berusaha menyadap dan mempelajari segala hal yang ada pada orang-orang sukses itu, dengan harapan dapat mentransfer nilai-nilai kesuksesannya kepada orang-orang lain yang juga ingin menjadi figur sukses. Mereka berpendapat bahwa: “Leaders are made, not born”.

Selanjutnya, segala sepak terjang yang dilakukan oleh para pebisnis tersebut, dikumpulkan, dipilah-pilah, lalu dianalisis. Dari analisis itu dibuat teori-teori. Hasilnya, muncullah berbagai teori kesuksesan yang terkemas dalam materi-materi “ilmu bisnis”, wacana profesionalisme, ilmu kepemimpinan (leadership), dan lain sebagainya.

Orang-orang awam memang ingin sekali menemukan cara-cara yang bisa membantu mereka untuk secara cepat mencapai kesuksesan. Semacam rel kereta yang tinggal diikuti saja akan mengantar orang tiba di gerbang kejayaan.

Namun demikian, apa benar kalau kita ingin menjadi figur sukses -- lebih spesifiknya pebisnis sukses -- harus menempuh perjalanan yang sarat dengan teori-teori kesuksesan seperti itu?

Dari berbagai catatan yang ada, tampaknya tidak demikian. Banyak sepak-terjang yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis dunia tidak mencerminkan bahwa kesuksesan mereka disebabkan pembelajaran yang sungguh-sungguh dalam ilmu bisnis, profesionalisme dan teori kepemimpinan. Tidak juga pengetahuan ekonomi, teori-teori tentang kebebasan finansial, ilmu marketing dan lain sebagainya. Pun, tidak karena mereka rajin mengikuti seminar kesuksesan atau lokakarya tentang strategi bisnis.

Di lain pihak, banyak pemimpin bisnis ternyata merupakan orang-orang yang justru tidak suka belajar, malas sekolah, dan hanya ingin bermain-main saja. Boro-boro ikut seminar atau lokakarya. Lho kok bisa?

Ada beberapa contoh kasus. Yang pertama, Thomas Alva Edison. Nama ini sudah kita tahu sejak di bangku SD bukan? Namun, tentunya kita kenal Edison lebih sebagai tokoh ilmu pengetahuan, karena sekolah memfokuskan ajaran hanya pada penemuan atas lampu pijar dan berbagai temuan teknis lain yang dilakukannya.

Maka jarang kita memperhatikan bahwa sesungguhnya Thomas Alva Edison adalah juga seorang pengusaha besar yang sukses. Ia adalah pemilik dan pendiri berbagai perusahaan dengan nama-nama seperti Lansden Co. (mobil/otomotif), Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.

Apakah untuk mencapai itu semua Edison harus bersusah-payah mengikuti berbagai sekolah dan pendidikan tinggi? Atau mengikuti seminar kelas dunia yang diselenggarakan oleh para pakar kesuksesan, pakar bisnis atau pakar financial freedom? Ternyata tidak. Figur Edison adalah figur pemalas yang hanya tahan 3 minggu bersekolah. Ia lebih suka bermain-main dengan perkakas, dengan kawat dan dengan listrik. Itu kesenangannya dan dengan itu ia sukses.

Contoh lain adalah Kenji Eno. Ia juga tidak suka sekolah. Ia cuma suka bermain-main dengan permainan, istimewanya dengan video games. Kelas 2 SMA berhenti sekolah terus nganggur. Lalu dapat kerja di perusahaan perangkat lunak, sampai akhirnya ia berhasil mendirikan perusahaan perangkat lunaknya sendiri yang dinamakan WARP. Dalam tempo beberapa tahun saja Kenji Eno mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan video games terhebat di dunia yang diakui oleh tokoh-tokoh industri.

Fenomena-fenomena yang dibuat oleh orang-orang semacam Edison dan Kenji Eno ini memberi kesan kepada kita semua bahwa bisnis itu sebenarnya lebih dekat kepada sebuah permainan, dan terlalu jauh untuk diperlakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Gede Prama yang dikenal sebagai pakar manajemen (bahkan dijuluki Stephen Covey Indonesia), mengomentari fenomena Kenji Eno sebagai kesuksesan dari kebebasan berfikir yang mampu melompat, karena belum terkena polusi-polusi yang dibuat sekolah.

Menurut saya, adalah keliru mempelajari fenomena pemimpin, untuk menciptakan pemimpin. Demikian juga, keliru mempelajari fenomena pebisnis sukses, untuk mencetak pebisnis sukses. Sebab, fenomena pemimpin (atau pebisnis) adalah fenomena manusia, yang tidak sama dengan fenomena alam. Kalau Isaac Newton mempelajari peristiwa jatuhnya buah apel ke tanah (fenomena alam) dan kemudian menemukan hukum gavitasi, maka itu oke-oke saja. Karena fenomena alam tidak berubah, hukum gravitasi pun akan tetap abadi.

Akan tetapi, mempelajari fenomena manusia pasti akan menimbulkan frustrasi. Sebab, manusia merupakan mesin perubahan, sehingga tidak akan ada fenomena manusia yang tinggal tetap abadi sepanjang masa, berlawanan dengan yang kita lihat pada peristiwa jatuhnya buah apel.
Pemimpin, dalam bidang apa pun termasuk bisnis, adalah sosok manusia yang bebas, yang bertindak semaunya tanpa memperhatikan teori mau pun kaidah, sehingga nyaris percuma kalau kita ingin mempelajari dan mengikuti jejak sepak terjangnya.

Coba lihat, pada saat terjadinya resesi ekonomi dunia tahun 1929, semua orang berdasarkan teori-teori yang ada, berusaha untuk berlaku sehemat mungkin. Tapi sebaliknya, Matsushita si raja elektrik dari Jepang malah royal mengeluarkan uang. Seakan uang itu tidak lebih dari mainan saja layaknya. Meski pun bukan tanpa alasan dia berlaku demikian.

Lihat juga Kim Woo Chong, pendiri imperium Daewoo. Ketika semua pengusaha (juga dengan teori-teori yang ada) berkonsentrasi memasuki pasar negara-negara kaya semacam Amerika dan Eropa, ia malah dengan santainya masuk ke pasar-pasar “keras” seperti Iran, Sudan dan Rusia serta negara-negara blok timur.

“Kesia-siaan” mempelajari dan berusaha mengikuti sepak terjang para pemimpin bisnis bisa dirasakan secara langsung di lapangan. Saat pertama kali Harvard Business Review mempublikasikan konsep pemasaran yang beken dengan “Marketing Mix” 4P (product, price, place dan promotion), nyaris semua pengusaha serta pakar bisnis menganut konsep ini secara fanatik. Begitu juga dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah manajemen.

Tapi, tidak terlalu lama, sebagai akibat “ulah” para pemimpin bisnis yang gemar bermain-main, perubahan tren perekonomian dan industri memaksa para pakar dan pembelajar merubah lagi konsepnya dengan 6P, 8P bahkan yang terakhir disebutkan sebagai 12P.

Terus bagaimana? Kalau kita harus bersiaga setiap saat untuk belajar dan tidak ketinggalan zaman dengan ilmu marketing, kapan kita berbisnis?

Saya rasa kita semua banyak yang terjebak dan hanyut dalam “arus ilmu pengetahuan” yang dibuat oleh mereka yang “pakar ilmu pengetahuan”, sehingga kita tidak sempat lagi berinovasi yang justru merupakan kunci sukses bisnis. Kita malah terus menerus “dipaksa” mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.

Pertanyaannya: ”Sebenarnya kita mau jadi pebisnis atau mau jadi ilmuwan sih?”

Saya sendiri yakin bahwa bisnis dan kesuksesan itu adalah semacam permainan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh William Cohen dalam tulisannya “The Art Of The Leader” : “Success is acquired by playing hard, not by working hard..”.

Mengacu pada obsesi banyak orang tentang Bill Gates dan Donald Trump sebagaimana disebut di atas, perlu diketahui bahwa kedua orang tokoh ini pun mencapai sukses dari kesenangannya bermain-main.

Bill Gates sejak masih berusia 13 tahun sudah bermain-main dengan perangkat lunak komputer, dan dengan itu ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Donald Trump juga sejak kecil selalu bermain-main ke kantor ayahnya, Fred Trump. Dia suka sekali melihat-lihat maket gedung dan pencakar langit, sebelum tertarik dengan bidang bisnis sang ayah, yaitu properti. Dan jadilah Donald Trump seorang Raja Properti.

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, orang yang mempelajari ilmu kepemimpinan tidak akan menjadi pemimpin. Tapi, orang yang mencoba menjadi pemimpin, akan menjadi pemimpin. Demikian juga, orang yang mempelajari ilmu bisnis, tidak akan menjadi pebisnis. Tapi, orang yang mencoba menjadi pebisnis, akan menjadi pebisnis.


Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
E-mail: rusman@gacerindo.com
Web: http://www.gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.blogspot.com
Mobile: +62 21 816.144.2792
http://rusmanhakim.blogspot.com/2006/12/bisnis-itu-permainan-bukan-ilmu.html

LAPORAN STUDY KELAYAKAN USAHA.

I. PENGANTAR
a. Manfaat Umum : memberi peluang kerja kepada orang lain
b. Manfaat Ekonomis : memperoleh laba yang maksimal
c. Manfaat lain : ……………

II. UMUM
a. Nama usaha : GREEN - NET
b. Pemilik usaha : Miftahudin
c. Bentuk usaha : Persekutuan Komanditer
d. Lokasi usaha : Jl. Sukahati No. 50 Kel. Cibinong, Kec. Cibinong
e. Ketenagakerjaan :

III. PERIZINAN

IV. RENCANA USAHA
a. Jenis usaha : Usaha bidang jasa
b. Kapasitas usaha : Rental warnet, print out dokumen
c. Rencana usaha : ………………..

V. PEMASARAN DAN PERSAINGAN
1. Daerah pemasaran : lokal/regional/ekspor
2. Sistem penjualan : Tunai
3. Pesaing usaha sejenis : Cyber-Net, Sukahati-Net, Billing-Net
4. Jumlah usaha sejenis disekitarnya : 3 (tiga)

VI. MODAL TETAP YANG DIPERLUKAN
1. Tanah dan bangunan : Rp 10.000.000,00

2. Peralatan:
Komputer, 20 unit @ Rp3.000.000,00 : Rp 60.000.000,00
Peralatan : Rp 300.000,00
Printer 1 unit : Rp 500.000,00
Air Conditioner (AC) : Rp 2.000.000,00
Kipas Angin, 2 unit @ Rp300.000,00 : Rp 600.000,00
Jumlah modal tetap : Rp 73.400.000,00

VII. MODAL KERJA YANG DIPERLUKAN
1. Tenaga kerja (3 bulan):
Gaji pemilik : Rp 6.000.000,00
Tenaga Maintenance : Rp 3.600.000,00
Tenaga Biasa : Rp 2.400.000,00

2. Perlengkapan dan peralatan
Tinta Printer : Rp 1.200.000,00
Kertas HVS : Rp 828.000,00

3. Lain-Lain : Rp 300.000,00
Kebutuhan modal kerja 3 bulan Rp 14.328.000,00
Jumlah modal yang dibutuhkan (VI + VII) Rp 87.728.000,00

VIII. BIAYA USAHA SELAMA SETAHUN
1. Sewa gedung : Rp10.000.000,00

2. Gaji/upah:
- Gaji pemilik : Rp24.000.000,00
- Tenaga Maintenance : Rp14.400.000,00
- Tenaga Biasa : Rp9.600.000,00

3. Penyusutan:
Komputer, 10% : Rp 300.000,00
Peralatan, 5% : Rp 15.000,00
Printer, 5% : Rp 25.000,00
Air Conditioner, 5% : Rp 100.000,00

4. Pinjaman modal:
Modal A : Rp 100.000.000,00
Modal B : Rp 60.000.000,00

5. Biaya lain-lain.
Listrik & air : Rp 18.000.000,00

IX. RENCANA USAHA
Pendapatan tahun pertama : Rp 143.640.000,00
Pendapatan tahun kedua : Rp 246.240.000,00

X. PENDAPATAN USAHA
1. Hasil pendapatan : Rp 389.880.000,00
Dikurangi (biaya tetap + biaya variable) : Rp 76.440.000,00 (-)

2. Pendapatan (laba) sebelum pajak : Rp 313.440.000,00
Dikurangi (Pajak) : Rp 31.344.000,00 (-)

3. Laba bersih usaha : Rp 282.096.000,00

XI. WAKTU BALIK MODAL
Laba bersih perusahaan X 100%
Modal tetap + Modal kerja

= Rp282.096.000,00/(Rp73.400.000,00 + Rp171.936.000,00) x 100%
= 114%

MATERI TARBIYAH

Al-Islam Fikratan ( Islam Sebagai Fikrah )
A. Tujuan Materi
1. Memahami Islam sebagai fikrah yang sesuai dengan fitrah dan bashirah manusia.
2. Menyadari bahwa hanya Islamlah yang dapat memberikan jawaban yang benar tentang ketuhanan, kenabian, peribadatan, alam semesta, manusia, dan hakikat kehidupan.
3. Termotivasi untuk beramal Islami dengan fikrah Islamiyah di tengah masyarakat
A. Kisi-kisi Materi
1. Dua bentuk sumber fikrah:
• Iman dengan bashirah (QS. 12:108 )
• Kekufuran dengan hawa nafsu (QS. 25:43 , 45:23 )
2. Semua dalam rangka memahami 6 hakikat besar yaitu: Allah, risalah, ibadah, alam semesta, manusia, dan kehidupan.
3. Keimanan membentuk persepsi yang benar — memunculkan fikrah Islamiyah— dalam ideologi Islam, dan teraplikasi dalam amal Islam melalui tingkah laku dan harakah Islamiyah.
4. Kekufuran membentuk persepsi yang salah— memunculkan pemikiran jahiliyah—dalam ideologi jahiliyah, dan akhirnya beraplikasi dalam tingkah laku jahiliyah dan gerakan jahiliyah
===============================================================
Syumuliyatul Ibadah ( Kesempurnaan Ibadah )
A. Tujuan Materi
1. Memahami integralitas cakupan ibadah dalam Islam
2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar dalam berbagai lapangan kehidupan.
3. Termotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah.
A. Kisi-kisi Materi
1. Integralitas Ibadah
2. Ibadah dalam Islam (QS. 2:21 , 51:56 )
a. Mencakup seluruh persoalan din
• Wajib
• Sunnah
• Mubah (QS. 3:19 , 5:3 )
2. Mencakup seluruh kehidupan
• Amal-amal yang baik
• Amal sosial
• Amal kehidupan
• Memakmurkan Bumi
• Menegakkan din (QS.2:208 )
d. Mencakup seluruh kehidupan manusia
• Hati
• Akal
• Anggota tubuh (QS. 3:191 )
===============================================================
Adhraar Al-Ghazwu Al-Fikri ( Bahaya Perang Pemikiran )
A. Tujuan Materi
1. Memahami ghazwul fikri sebagai sumber malapetaka yang mengancam umat Islam
2. Memahami seluk beluk bahaya tersebut dan dapat menyebutkan contoh-contohnya
3. Menyadari dan termotivasi untuk meninggalkan kehidupan jahiliyah.
B. Kisi-kisi Materi
1. Bahaya ghazwul fikri:
• Tertipu (QS. 35:6 )
• Cenderung pada orang kafir(QS. 11:13 )
• Mencintai orang kafir (QS. 3:118 )
• Menaati orang kafir (QS. 47:26 )
• Mengikuti tatacara hidup mereka (QS. 2:120 )
• Menyerupai perilaku dan penampilan mereka (QS. 5:51 )
• Memberikan loyalitas kepada mereka (QS. 5:51 )
2. Akibatnya:
• Kehinaan
• Mudah dikendalikan
• Mendapat laknat dan cobaan Allah
• Terjatuh dalam syirik
• Allah berlepas diri darinya
• Murtad dan azab
3. Timbullah kehidupan jahiliyah
===============================================================

Ta’riif Hizbusy Syaitan ( Mengenal Golongan Setan )
A. Tujuan Materi
1. Memahami kejadian manusia dari Allah dan hubungannya dengan Malaikat dan jin
2. Dapat menyebutkan secara benar kedudukan dan posisi Malaikat, jin, dan manusia di hadapan Allah
3. Menyadari permusuhan iblis dan setan terhadap orang-orang yang Mukmin
B. Kisi-kisi Materi
1. Allah swt. menciptakan manusia, jin, dan Malaikat, — Manusia dari tanah (QS. 15:26 )
2. Manusia dapat beriman dan dapat menjadi kafir(QS. 64:3 )
3. Jin dari api, ada dua macam (QS. 15:27 )
• Iblis (jin yang sudah pasti kafirnya)
• Jin biasa, ada yang beriman dan ada yang kafir (QS. 18:50 , 72:11 dan 14 )
4. Syaithan adalah gabungan iblis, manusia kafir, dan jin kafir (QS. 36:60 , 6:112 , 114:5 , 34:21 )
5. Iblis akan masuk ke dalam manusia manapun untuk menyelewengkannya dari jalan Allah swt. (QS.17:62 )
6. Sehingga akan terjadi pertarungan di antara setan dan manusia yang Mu'min
7. Allah swt. menciptakan Malaikat dari cahaya (Hadist) — Malaikat sepenuhnya tunduk dan patuh kepada Allah swt. (QS. 21:19 , 20 , 26 , 27 )
===============================================================
Qadhiyyah Al-Ummah ( Masalah Umat )
A. Tujuan Materi
1. Memahami problematika-problematika umat Islam yang dihadapi seorang dai dan dapat menyebutkan penyebab-penyebabnya
2. Memahami bahwa tarkiz dari penyelesaian problema tersebut adalah mentakwin syakhshiyah Islamiyah dan umat Islam
3. Menyadari peran sikap komitmen terhadap akhlak dan tsaqafah Islamiyah dalam membentuk syakhshiyah Islamiyah mutakamilah.
B. Kisi-kisi Materi
Persoalan umat disebabkan oleh:
1. Kejiwaan manusia:
• Kecenderungan
• Watak
• Syahwat
• Insting
2. Persoalan temporer adalah:
• Sisa-sisa masa penyelewengan dengan: raja /diktator, kebaikan yang berpenyakit, para penyeru ke neraka jahannam, ditinggalkannya hukum sampai ditinggalkannya shalat. Dua perkara di atas menyebabkan kaum Muslimin jahil terhadap Islam
• Penyakit-penyakit hasil penjajahan seperti berbagai lembaga kekufuran, keterbe-lakangan pengetahuan, cara berpikir yang salah dan kejiwaan yang salah. Hal ini menyebabkan adanya dominasi musuh-musuh terhadap umat.
• Kekuatan yang menantang seperti dengan perencanaannya, dengan penyusunannya dan sarananya. Mereka melakukan perang jahiliyah yang tersusun rapi.
3. Akibatnya umat Islam seperti buih yang ringan timbangannya dan mengikuti arus. Jalan keluarnya adalah ilmu pengetahuan, pembi-naan/tarbiyah dan jihad.
===============================================================
Al-Istiqamah ( Konsisten )
A. Tujuan Materi
1. Memahami makna istiqamah dalam kebenaran, baik secara lafazh maupun syar'i.
2. Mengerti cara-cara menerapkan istiqamah dalam mabda', manhaj, maupun ghayah.
3. Dapat menunjukkan contoh-contoh sikap yang tidak istiqamah di dalam memperjuangkan dinullah.
B. Kisi-kisi Materi
1. Istiqamah (Konsisten). Mabda'/prinsip hidupnya: semata karena Allah. Dalam konsep, karena dia lillah maka ia beserta Allah, yaitu dengan manhaj Allah (Al-Islam). Dari segi tujuan hidup, maka ia menuju Allah (QS. 6:162 ), atau menuju Islam (QS. 2:193 , 8:39 ) yang disebut istiqamah (QS. 42:15 , 41:30 , 31 , dan 32 , 11:112 )
2. Ghairu istiqamah. Mabda (prinsip) hidupnya karena untuk non Islam (isme-isme jahiliyah) maka hasilnya untuk selain Allah. Dalam konsep (manhaj) karena dia tanpa Islam atau bukan dengan Islam maka ia beserta setan. Dari segi tujuan hidup karena menuju selain Islam maka menuju selain Allah (QS. 18:103 , 24:39 ) yang disebut kufur. Munharrifin (muna-fik), mudzabdzab (tidak punya pendirian) dan tidak istiqamah (QS. 4:137 ,143 ,150 )
3. Furqan:pembeda antara yang haq dan yang batil (QS. 25:1
Ash-Shiraa' Bainal Haq Wal Baathil ( Pertarungan Antara Yang Haq Dan Bathil )
A. Tujuan Materi
1. Memahami bahwa dalam kehidupan ini senantiasa ada pertarungan antara yang haq dan yang batil.
2. Memahami bahwa para penegak kebenaran yang bergabung dalam hizbullah akan berhadapan derigan para penegak kebatilan yang bergabung dalam hizbusy syaithan.
3. Meyakini bahwa hizbullah mesti memperoleh kemenangan dari Allah sedangkan hizbusy syaithan pasti akan kalah.
B. Kisi-kisi Materi
1. Allah
• Allah Yang Maha Pencipta (QS. 10:4 , 67:3 , 59:24 )
• Maha Mengetahui (QS. 67:14 , 36:79 )
• Maha Bijaksana (QS. 59:24 , 61:1 , 62:1 )
• Allah adalah Al Haq (QS. 10:32 , 22:62 )
2. Dinullah
• Diin Allah adalah diin yang Haq (QS. 48:28 , 9:33 , 61:9 )
• Memerlukan para pendukung (QS. 61:14 , 47:7 )
• Para pendukung disebut jundullah (QS. 48:4 dan 7 , 37:171 , 172 dan 173 , 58:21 )
• Bergabung di dalam hizbullah (QS. 5:55 -56 , 58:22 )
• Mereka pasti menang dan jaya (QS. 30:47 , 5:56 )
3. Ghairu Dinullah
• Selain Allah adalah makhluk yang diciptakan (QS. 16:17 , 22:73 )
• Yang sangat bodoh (QS. 33:73 )
• Berorientasi pada prasangka, dugaan, analisa (QS. 10:36 , 6:116 )
• Selain Allah adalah batil (QS. 10:32 , 22:62 )
• Membuat selain dinullah /dinul malik (OS.12:76 , 42:26 )
• Para pendukungnya adalah penolong syaitan disebut juga ansharul batil (QS. 4:141 )
• Disebut juga tentara-tentara iblis (QS 26:94 -95 )
• Bergabung dalam hizbus syaithan (QS. 7:27 , 58:19 )
• Mereka pasti kalah dan merugi (QS. 54:45 , 3:12 )
===============================================================
Takwiin Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah ( Membentuk Kepribadian Islami )
A. Tujuan Materi
1. Memahami bahwa dalam takwinus syakhshiyah Islamiyah diperlukan iman yang lurus, taqwa yang sebenar-benarnya, dan mengislamkan kehidupan
2. Dapat member! contoh sikap iman dan taqwa
3. Dapat menggambarkan perubahan umat yang dicapai dengan manhaj yang benar beserta contoh-contohnya pada setiap marhalah.
B. Kisi-kisi Materi
1. Membentuk kepribadian Islami
2. Melalui pendekatan iman
• Dinamika iman (QS. 5:54 , 49:15 )
• Yakin (QS. 2:4 , 49:15 )
• Menyerah (QS. 4:65 )
• Mendengar dan taat (QS. 2:285 , 5:7 , 24:51 )
• Mengikuti pedoman (QS. 12:108 )
• Tidak keberatan (QS. 4:65 )
• Tidak ada pilihan lain (QS. 33:36 )
3. Taqwa yang sebenar-benarnya (QS. 3:102 )
• Landasan hidup (QS. 5:27 , 22:37 )
• Sebagai timbangan/ukuran (QS. 49:13 )
• Bekal(QS.2:97 )
• Sebagai pakaian (QS. 7:26 )
4. Islamisasi kehidupan (QS. 2:208 )
5. Wujud kepribadian Islam yang sempurna.
===============================================================
Ahammiyah At-Tarbiyah ( Pentingnya Tarbiyah )
A. Tujuan Materi
1. Memahami urgensi tarbiyah dalam membentuk khairu umah dan akibat-akibat yang ditimbulkan karena ketiadaan tarbiyah
2. Dapat menyebutkan marahil yang ditempuh Rasulullah dalam melakukan tarbiyah
3. Menyadari bahwa terwujudnya pola tarbiyah yang benar dapat memberikan kenikmatan yang besar dalam kehidupann umat.
B. Kisi-kisi Materi
1. Umat jahiliyah (QS. 39:64 , 25:63 )
2. Ciri-cirinya adalah:
• Bodoh (QS. 33:72 )
• Hina (QS. 95:4 -5 )
• Lemah (QS. 4:28 )
• Miskin(QS. 35:14 )
• Berpecah belah (QS. 3:103 )
3. Berada dalam kesesatan yang nyata (QS. 62:2 )
4. Penyelamatan Allah swt. melalui Rasul-Nya yaitu memberikan tarbiyah (pendidikan) (QS.2:151 , 3:164 , 62:2 )
5. Tarbiyah memiliki tiga tahapan:
• Tilawah (membaca)(QS. 96:1 , 2:121 )
• Mensucikan (QS. 91:7 , 8 , 9 , dan 10 , 92:17 , 18 , 19 , 20 dan 21 )
• Mengajarkan pedoman (QS. 3:79 )
6. Hasilnya adalah kenikmatan yang besar yaitu:
• Pengetahuan (QS. 96:5 , 93:7 , 49:17 )
• Kemuliaan (QS. 63:8 )
• Kekuatan (QS. 8:60 , 93:8 )
• Persatuan (QS.21:90 , 3:103 )
7. Kesemuanya membentuk umat yang terbaik (QS. 3:110 )
===============================================================
Daurusyabaab Fi Haml Ar-Risaalah ( Peran Pemuda Dalam Memikul Tugas Risalah )
A. Tujuan Materi
1. Memahami peranan pemuda dalam da'wahdan harakah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat
2. Memahami bentuk sirri yang wajib ditempuh harakah Islamiyah dalam perjuangannya menegakkan mulkiyatullah
3. Memahami sarana-sarana untuk dapat mengendalikan masyarakat dan berupaya untuk mencapainya secara manhaji
B. Kisi-kisi Materi
1. Peran pemuda dalam memikul tugas risalah
2. Mengangkat semangat dari problematika (QS. 21:52 dan 67 , 26:69 -70, 10:83 -84)
3. Generasi penerus (QS. 52:21 , 25:74 )
4. Generasi pengganti (QS. 5:54 , 47:38 )
5. Pembaru moral umat (QS. 2:246 -247)
6. Unsur perbaikan (QS. 18:13 -14)
7. Pembekalan
8. Tarbiyah jiwa (QS. 28:7 , 8 , 9, 10 , 11 dan 12 , 5:114 )
9. Bijaksana dan ilmu (QS. 28:14 ,12:22 )
10. Membentuk pribadi-pribadi pemimpin dan anggota yang bergerak (QS. 12:55 , 28:26 , 9:128 , 8:45 , 46 dan 47 )
11. Berharakah (QS. 3:169 , 2:154 )
===============================================================
Larangan Meminang Wanita yang Sedang di Pinang
1. Dalil dari Alquran
1. (QS. Al Maidah: 87)
2. (QS. Al Ahzab: 58)
3. (QS. Al Maidah: 87)
4. (QS. Al Ahzab: 58)
Dalil
Hadits 1
Sahabat Abdirrahman bin Syamasah pernah mendengar Uqbah bin Amir berkata di atas mimbar,
bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Orang mukmin adalah bersaudara dengan mukmin lainnya.
Tidak halal bagi seorang mukmin membeli sesuatu yang sedang ditawar saudarainya sesama mukmin.
Dari tidak halal bagi seorang mukmin meminang pinangan saudaranya sesama mukmin,
kecuali kalau saudaranya itu sudah meletakkan pinangannya." (HR. Muslim).
Hadits 2
Ibnu Umar ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: "Janganlah seseorang menawar
barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jangan pula seseorang melamar wanita yang
sedang dilamar orang lain, kecuali kalau dia mendapat izin (dari pelamarpertama).
" (HR. Muslim).
Hadits 3
Abi Hurairah ra telah berkata: "Nabi saw telah melarang seorang pedagang kota menjual sesuatu
kepada orang yang hidup di pedesaan, melarang saling mencari-cari kejelekan orang lain,
melarang seseorang melamar wanita yang sedang dilamar, dan melarang seorang wanita bertanya
menanyakan tentang thalaq yang dijatuhkan kepada wanita lain agar mengetahui apa yang berada
di dalam kandungannya." Dalam riwayat lain sahabat Amriri rnemberikan tambahan teks:
"Dan melarang pula seseorang menawar barang dagangan yang sedang ditawar orang lain.
" (HR. Muslim).
=====================================================================
Larangan Tabaruj Bagi Wanita
1. Dalil dari Alquran
1. (QS. Al Ahzab: 33)
2. (QS. An Nur: 31)
Hadist 1
Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: "Ada dua golongan manusia
yang menjadi penghuni neraka, yang selamanya aku tidak pemah menduganya: Segolongan
kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi, yang dengannya mereka
memukul (menyakiti) orang lain, dan segolongan kaum wanita.
yang membuka auratnya (berkain tipis lagi merangsang) yang berlenggak lenggok
sambil menggeleng-gelengkan kepala ke sana ke mari. Mereka sama sekali tidak
akan masuk sorga, dan mencium baunya saja tidak. Padahal bau sorga bisa tercium dari
kejauhan perjalanan beberapa puluh tahun." (HR. Muslim).
Hadist 2
Sahabat Aisyah ra telah berkata: Pada suatu waktu Asma binti Abu Bakar masuk
ke rumah Rasulullah saw, sedangkan dia mengenakan pakaian tipis. Maka kemudian
Rasulullah berpaling darinya, seraya bersabda: "Ya Asma', seorang wanita apabila
sudah baligh, tidak pantas lagi memperlihatkan tubuhnya kecuali wajah dan telapak
tangan." (HR. Abu Dawud, dan menurutnya termasuk hadis mursal.
Sebab Khalid bin Darik tidak pernah bertemu dengan Aisyah).
===============================================================
Mempergauli Isteri dengan Baik
1. Dalil dari Alquran
1. (QS. An Nisa: 19)
2. (QS. Al Baqarah: 31)
3. (QS. Al Baqarah: 228)
Hadits 1
Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Orang yang
paling sempurna imannya di antara orang-orang mukmin adalah yang paling baik
akhlaknya. Dan sebaik- baik kamu adalah yang paling sayang kepada istrinya.
" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Hadits 2
Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Berwasiatlah kamu kepada
istri-istrimu dengan kebaikan. Sebab wanita diciptakan dari tulang rusuk yang sangat lunak (lemas)
sekali. Sedangkan yang paling mudah bengkok (lengkok) dari tulang rusuk adalah bagian yang
paling atas (tempat diciptakannya wanita). Apabila tulang rusuk itu hilang sarinya, maka mudah pecah.
Karena itu, wanita apabila tidak selalu diberi nasehat ke arah kebaikan, maka akan mudah bengkok
perilakunya. Maka berwasiatlah dengan kebaikan kepada istri-istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits 3
Muawiyah bin Haidah ra berkata: Aku pemah bertanya kepada Rasulullah saw: "Ya Rasulullah,
apakah hak istri salah seorang di antara kami terhadap suaminya?" Jawab Rasulul¬lah: "Berilah makan
bila engkau makan, dan berilah pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukulnya pada
bagian wajah, dan jangan pula engkau mengatakan sesuatu yang jelek. kepadanya, serta janganlah
engkau mendiamkannya kecuali di tempat tidur." (HR. Abu Dawud).
Hadits 4
Hakim mengetengahkan sebuah riwayat bersumber dan sahabat Mu'adz, bahwa Rasulullah saw
telah bersabda: "Sekiranya aku diperbolehkan memerintahkan kepada seseorang untuk bersujud
kepada orang lain, niscaya aku perintahkan kepada seorang istri untuk bersujud kepada suaminya
lantaran besarnya hak suami terhadap istri. Dan seorang istri tidak akan bisa merasakan
manisnya iman sebelum dia bisa memenuhi hak-hak suami, hingga seandainya suami minta dilayani
sedangkan dia berada di atas kendaraan, dia pun harus melayaninya."
Hadits 5
Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Apabila seorang suami mengajak
istrinya ke ranjang (bersenggama) kemudian istrinya menolak, hingga suami semalaman merasa
kecewa, maka dia (istri) dilaknat oleh para malaikat hingga pagi hari (hingga suaminya merasa rela)
." (HR. Bukhari dan Muslim).

PRINSIP DASAR PENGAJARAN REMEDIAL

BEBERAPA ASUMSI YANG MENDASARI PROSEDUR PENGAJARAN REMEDIAL
Pada Kurikulum 1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas. Siswa tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan kompetensi yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan berprestasi melebihi rata-rata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam istilah kurikulum 1999 mereka yang belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial, sedang mereka yang sudah tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan. Dengan demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai prestasi belajar dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-temannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka siswa tersebut perlu mendapatkan penangan khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu mendapat perhatian dari guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching).
Dalam Kamus Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan pengajaran kembali.

Anonim (1999:34) Pengajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi :
• Tujuan. Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin diterima.
• Strategi. Strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang sukar.
• Bahan. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.
Anonim (1999:45), mengatur mengenai langkah-langkah pengajaran remedial sebagai berikut :
1. Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan sebagainya.
2. Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif tindakan dapat berupa :
• Disuruh mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu.
• Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama.
• Bila kesulitan belajar bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap negatif terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh konselor. Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran remedial.
3. Evaluasi Pengajaran Remedial
4. Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
5. Pendekatan Pengajaran Remedial
• Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar mengajar.
• Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan.
• Pendekatan perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti perkembangan pada siswanya secara sistematis.

Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial:
1. Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial Yang Bersifat Kuratif
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tertentu. Sasaran pokok dari tindakan ini adalah agar siswa yang prestasinya rendah diusahakan dapat suatu saat dapat memenuhi kritetiria keberhasilan minimal. Dan sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan minimal, suatu saat dapat diperkaya atau lebih ditingkatkan lagi.

Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1. Pengulangan (repetition),
2. Pengayaan (enrichment),
3. Pengukuhan (reinforcement), dan
4. Percepatan (acceleration)
2. Strategi dan Pendekatan Yang Bersifat Preventif
Jika dalam pendekatan kuratif, tindakan rmedial bertolak dari hasil post teaching diagnostic, berdasarkan data hasil pre-test / sumatif, maka pndekatan preventif bertolak belakang dengan pre-test atau test of entering behaviors. Maka siswa dapat diidentifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :
1) Siswa normal,
2) Siswa cepat,
3) Siswa lambat.
4) Dari ketiga perkiraan tersebut, maka setidaknya ada tiga teknik pembelajaran yang bersifat remedial, yaitu :
a). Layanan Kelompok Belajar Homogen
Program pembelajaran pada ketiga kelompok siswa tersebut, ruang lingkupnya ekuivalen, tetapi diorganissasikan secara relaitf berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara menenangkannya, contoh-contohnya, soal-soal / tugas, dsb. Misalnya untuk siswa cepat, tingkat kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa lambat. Yang terpenting adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan pembelajaran pada waktu yang bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti test sumatif pada waktu yang bersamaan.
b). Layanan Pembelajaran Individual
Pada dasarnya konsep ini sama dengan diatas, yaiut penyesuaian dengan kondisi objectif siswa. Pada teknik ini setiap individu mempunyai program tersendiri. Siswa mempunyai kebebasan melakukan kegiatan-kegiatan atau berkonsultasi dengan gurunya, tidak terikat dengan keharusan mengikuti jam belajar seperti biasa di kelas. Siswa hanya terikat pada batas waktu akhir periode pelajaran yang ditetapkan, seperti triwulan, semesteran, dsb. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus mengikuti test sumatif tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program ini sangat ccocok untuk system pembelajaran dengan modul
c). Layanan Pembelajaran Secara Kelompok
Pada teknik ini siswa berada pada satu kelas yang sama dan pada program pembelajaran yang sama pula. Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan tertentu, telah disediakan tempat, waktu untuk pelayanan remedial secara khusus. Begitu juga dengan siswa yang cepat, juga disediakan program pengayaan khusus. Setelah selesai dengan program remedial atau pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar utama bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus menempuh post-test atau test sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini sesuai bila diterapkan pada system pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa digunakan guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagai mana mestinya.
3. Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial Bersifat Pengembangan (Development)
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung (during teaching diagnostic). Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil.
Sedangkan metode yang digunakan, yaitu: tanya jawab, diskusi, tugas, kerja kelompok, tutor, pengajaran individual.
Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Remedial
a. Tujuan pembelajaran remedial
Secara umum tujuan pembelajaran remedial tidak berbeda dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun secara khusus tujuan Pembelajaran remedial ini adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses perbaikan. Menurut User Usman dan Lilis Setiawati secara terperinci tujuan pembelajaran remedial adalah:
1. Siswa memahami dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar yang meliputi kelebihan dan kelemahannya, jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi.
2. Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi.
3. Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
4. Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajar.
5. Siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya prestasi belajar yang lebih baik.
6. Siswa dapat mengerjakan tugas lebih baik.
Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga ia dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian siswa mampu mengatasi hambatan belajarnya yang akan memberi motivasi kepada dirinya untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
b. Fungsi Pembelajaran Remedial
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengungkapkan pembelajaran remedial mempunyai fungsi yang penulis sarikan sebagai berikut:
1) Fungsi korektif, artinya pembelajaran remedial dapat dilakukan dalam pembetulan atau perbaikan dalam hal penulisan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat belajar, evaluasi dan sebagainya.
2) Fungsi pemahaman, artinya pembelajaran remedial, guru dan siswa atau pihak lainnya dapat memperoleh yang lebih baik mengenai pribadinya sendiri.
3) Fungsi penyesuaian, artinya pembelajaran remedial dapat membentuk siswa yang mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri di lingkungan tempat belajarnya.
4) Fungsi Pengayaan, artinya pembelajaran remedial dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi lebih luas, lebih banyak dan lebih mendalam dibandingkan dengan pengajaran regular.
5) Fungsi Akselerasi, artinya pembelajaran remedial dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi, sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.
6) Fungsi Therapeutic, artinya secara langsung atau tidak, pembelajaran remedial dapat membantu atau menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang menyimpang, sebaliknya pencapaian prestasi belajar dalam pembelajaran juga mempengaruhi pribadi siswa.
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa fungsi pembelajaran remedial adalah untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajarnya.

ANALISIS PERANAN ORGANISASI PROFESIONAL KEGURUAN DEWASA INI

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Bertitik tolak dari problema internal guru sebagai tenaga kependidikan, yaitu sebagai seorang pengajar telah menurun kualitas guru tersebut karena rendahnya kejahteraan yang diterima guru dan diskriminasi status guru membuat kita gerah dan bertanya-tanya, apakah pekerjaan sandang guru suatu profesi ? para ahli dan pakar pendidikan sudah lama menggolongkan pekerjaan guru suatu profesi, demikian juga banyak definisi menggolongkan pekerjaan guru sebagai profesi. Jika kita pandang keberadaan guru dan problema internal guru ,maka pekerjaan guru bukan suatu profesi. Sedangkan kriteria profesi yang melekat pada pekerjaan guru yang kurang sempurna.
Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya.
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan profesi meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan.
b. Membuat alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan.
c. Menciptakan karya seni.
d. Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan.
e. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Salah satu karakteristik dari sebuah pekerjaan profesional yaitu adanya suatu organisasi profesi yang menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan. Demikianlah pula dalam profesi keguruan, profesi guru memiliki ikatan kesejawatan, kode etik profesi, dan organisasi profesi yang mempunyai kewenangan untuk mengatur yang berkaitan dengan keprofesian. Organisasi profesi guru adalah PGRI yaitu perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan di urus oleh guru sebagai wadah untuk mengembangkan profesionalisme, memperjuangkan perlindungan hukum, dan perlindungan keselamatan kerja serta menghimpun dan menyalurkan spirasi anggotanya.
PGRI mempunyai peranan strategi dalam reformasi pendidikan nasional kepada anggotanya PGRI berperan dan bertanggung jawab serta memperjuangkan dalam upaya mewujudkan serta melindungi hak-hak asasi dan martabat guru khususnya dalam aspek profesinya dan kesejahteraannya.
Untuk menjadi guru yang professional, haruslah memiliki kebutuhan. Kebutuhan utama yang harus dimiliki guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Menurut syaifulbahri djamarah dan aswan zain,media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau informasi pesan. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:
1. Media hasil teknologi cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui prosespercetakan mekanisatau photografis.
2. Media hasil teknologi audio-visual
Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilka atau menyampaikanmateri dengan menggunakan sumber-suber yang berbasis micro-prosesor.

4. Teknologi gabungan
Teknologi gabungan adalah cara unntuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
Dengan adanya kebutuhan tersebut diatas, haruslah diiringi dengan beberapa upaya agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dan terlaksana. Upaya yang telah dilakukan oleh organisasi professional keguruan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru tersebut adalah sebagai berikut:
1. pemberian insentif dalam upaya meningkatkan kinerja guru,
Hal ini dilakukan untuk:
- menarik guru yang cakap dalam sekolah,
- memotivasi guru untuk meraih prestasi yang tinggi, dan
- menciptakan masa dinas yang panjang
2. upaya cerdas dalam bentuk peningkatan kemampuan individual (peningkatan kompetensi).
3. upaya perlindungan hukum bagi para guru dengan nama “UNDANG-UNDANG GURU” (amanat Kongres PGRI ke XVIII pada bulan November tahun 1998 di Bandung)/ Upaya ini dilakukan dengan harapan Guru mendapatkan perlindungan atas profesi yang dijalankan, serta memperoleh kesejahteraan dan keselamatan kerja. Juga hilangnya perlakuan yang kurang manusiawi terhadap para Guru.

PUSTAKA:
http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/07/macam-macam-media-pembelajaran-karakteristik-serta-kelebihan-dan-kekurangannya/

http://kafeguru.blogspot.com/2007/12/peran-pgri-dalam-meningkatkan.html

KEPEMIMPINAN

A. Pengertian kepemimpinan
1. Beberapa konsep kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga konsep yakni : (1) Konsep pertama mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seseorang. (2) Konsep kedua, mengemukakan bahwa konsep ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. (3) Konsep ketiga, konsep ini merupakan konsep yang lebih maju lagi, konsep ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis.
2. Definisi kepemimpinan
Berdasarkan konsep-konsep diatas, pengertian kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo, yakni :
Kepemimpinan dapat didefinisikan yakni, sutu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang yang mencontohnya. Dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
B. Dimensi-dimensi dalam kepemimpinan
Dalam usahanya menggabungkan teori dan penelitian tentang kepemimpinan, David G. Bowers dan Stanly E. Seashore mengusulkan empat dimensi pokok dari sturktur fundamental kepemimpinannya, yaitu :
1. Bantuan (Support) tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting.
2. Kemudahan Interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling menyenangkan.
3. Pengutamaaan tujuan tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan bekerja tingkah laku yang membantu tujuan dengan kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, perencanaan, dan penyediaan sumber-sember seperti alat-alat, bahan-bahan, dan pengetahuan teknis.
C. Pendekatan dan model kepemimpinan
1. Pendahuluan
Carrol dan Tosi merangkum tiga pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan di dalam pasal ini.
2. Pendekatan sifat-sifat
Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpinan karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti dikatan oleh Thie Rauf-pendekatan keturunan menyatakan bahwa pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat-bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya.
3. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku (behaviour approuch) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan.
4. Pendekatan situasional
Pendekatan situasional disebut juga pendekatan kontingensi, pendekatan ini didasarkan asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan auatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki cirri-ciri khusus dan unik.
5. Beberapa model kepemimpinan
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi melahirkan banyak model kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan yang akan diutarakan di sini adalah model kepemimpinan kontingensi fielder, model kepemimpinan tiga dimensi, dan model kepemimpinan lima faktor.
6. Aplikasinya bagi kepemimpinan
Dalam hubungan dengan kepemimpinan pendidikan, penulis berpendapat bahwa ketiga macam pendekatan, pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional sangat diperlukan. Ketiga-tiganya merupakan variabel pokok yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam kepemimpinan pendidikan.


Administrasi pendidikan sering diartikan sebagai proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pengendalian kegiatan kelompok berkenaan dengan kegiatan perencanaan (planning); pengaturan (organizing);menggerakkan (actua-ting);pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan.
Pengertian administrasi pendidikan telah diungkapkan oleh beberapa ahli, dipandang dari fokus yang berbeda sesuai konsep teoretis yang melandasinya.
Stephen J. Knezeich (1984:9) dalam buku Administration of Public Education mendefinisikan bahwa :
Educational administration is a specialized set of organizational functions whose primary purposes are to insure the efficient and effective delivery of relevant educational service as well as implementation of legislative policies through planning, decision making, and ledership behavior that keeps the organizations focused on predetermined objectives, provides for optimum allocation and most productive uses, stimulates and coordinated professional and other personnel to produce a coherent social system and desirable organizational climat, and facilitates determination of essential changes to satisfy future and emerging needs of student and sociaty.
Makna dari uraian tersebut, menunjukkan kompleksitas aktivitas yang saling ketergantungan. Administrasi pendidikan merupakan sekumpulan fungsi-fungsi organisasi yang memiliki tujuan utama untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan, sebagaimana pelaksanaan kebijakan melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, dan iklim organisasi yang kondusif, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.
Hadari Nawawi (1981 : 11) mengemukakan administrasi pendidikan, adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan, secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama lembaga pendidikan formal.
Engkoswara (1987:1) mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”. Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, “mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”.

PENGERTIAN, SKOP, DAN FUNGSI-FUNGSI POKOK ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Apakah administrasi pendidikan itu?
a. Ilmu administrasi dan administrasi pendidikan
Dalam penjelasan administrasi pendidikan, kita tidak terlepas begitu saja dari pengertian ilmu administrasi. Bahwa administrasi pendidikan menrupakan pengguna dari aplikasi ilmu administrasi dari pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan ilmu
yang muncul pada abad ke-19, bahwa kata administrasi berasal dari kata latin “ad” dan ”ministrate”. Ad = kepada, ministrate = melayani, membantu, atau mengarahkan. Jadi dapat kita artikan administrasi adalah sebagai kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai tujuan b. Pengertian administrasi pendidikan
Pengertian administrasi didepan sudah dikemukakan, bahwa pengertian pendidikan menurut Driyakarya yakni memanusiakan manusia. Dalam UU No.20/2003 (SISDIKNAS 2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar agar pesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.
Sedangkan pengertian administrasi pendidikan menurut Ngalim Purwanto yakni mencakup kegiatan yang luas, meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dsb, yang menyangkut bidang materil, personil dan spiritual dalam bidang pendidikan pada umumnya, dan dalam bidang sekolah pada khususnya.
2. Manajemen dan administrasi pendidikan
Manajemen adalah proses untuk menyelenggarakan dan mengawasi suatu tujuan tertentu. Dalam definisi lain mengemukakan bahwa manajemen adalah fungsi dewan manajer (biasanya dinamakan manajemen), untuk menmetapkan kebijakan (policy) mengenai apa macam produk yang akan dibuat, bagaimana pembiayaannya, memberikan servise dan memilih serta melatih pegawai, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi kegiatan usah. Lebih lagi manajemen bertanggung jawab dalam membuat suatu susunan organisasi untuk melaksanakan kebijakan itu.
3. Administrasi pendidikan dan administrasi sekolah
Adminstrasi pendidikan mengandung pengertian yang lebih luas daripada administrasi sekolah. Administrasi sekolah merupakan bagian dari administrasi pendidikan, administrasi pendidikan meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan pendidikan di suatu negara atau bahkan pendidikan pada umumnya. Sedang administrasi sekolah kegiatannya terbatas pada pelaksanaan pengelolaan pendidikan di sekolah hingga akhirnya kita mengenal adanya administrasi sekolah dasar, menengah, perguruan tingi dan sebagainya.
4. Skop (bidang garapan) administrasi pendidikan
Dapat kita simpulakan bahwa administrasi pendidikan mencakup beberapa hal diantaranya ; administrasi personil, administrasi kurikulum, kepemimpinan, kepengawasan, atau supervisi pendidikan, administrasi bisinis pendidikan, organisasi lembaga pendidikan, dan lain sebagainya.
5. Pentingnya administrasi pendidikan
Yakni untuk menentukan maju mundurnya suatu instansi atau lembaga yang mereka garap, suatu sekolah dapat berjalan baik dan berarah jika setiap tahun sekolah itu menentukan dan merencanakan kebijakan yang akan dijalankan pada tahun itu.
6. Fungsi-fungsi Pokok administrsi pendidikan
Dalam fungsi pokok administrasi pendidikan yang mencangkup perencanaan, organisasi, koordinasi, komunikasi, dan evaluasi, semua fungsi tersebut satu sama lain saling berkaitan.



II Bab halaman 24 s/d 45
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian kepemimpinan
1. Beberapa konsep kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga konsep yakni : (1) Konsep pertama mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seseorang. (2) Konsep kedua, mengemukakan bahwa konsep ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok. (3) Konsep ketiga, konsep ini merupakan konsep yang lebih maju lagi, konsep ini tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis.
2. Definisi kepemimpinan
Berdasarkan konsep-konsep diatas, pengertian kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo, yakni :
Kepemimpinan dapat didefinisikan yakni, sutu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang yang mencontohnya. Dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
B. Dimensi-dimensi dalam kepemimpinan
Dalam usahanya menggabungkan teori dan penelitian tentang kepemimpinan, David G. Bowers dan Stanly E. Seashore mengusulkan empat dimensi pokok dari sturktur fundamental kepemimpinannya, yaitu :
1. Bantuan (Support) tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting.
2. Kemudahan Interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling menyenangkan.
3. Pengutamaaan tujuan tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan bekerja tingkah laku yang membantu tujuan dengan kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, perencanaan, dan penyediaan sumber-sember seperti alat-alat, bahan-bahan, dan pengetahuan teknis.
C. Pendekatan dan model kepemimpinan
1. Pendahuluan
Carrol dan Tosi merangkum tiga pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan di dalam pasal ini.
2. Pendekatan sifat-sifat
Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpinan karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti dikatan oleh Thie Rauf-pendekatan keturunan menyatakan bahwa pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat-bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya.
3. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku (behaviour approuch) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan.
4. Pendekatan situasional
Pendekatan situasional disebut juga pendekatan kontingensi, pendekatan ini didasarkan asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan auatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja, tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki cirri-ciri khusus dan unik.
5. Beberapa model kepemimpinan
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi melahirkan banyak model kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan yang akan diutarakan di sini adalah model kepemimpinan kontingensi fielder, model kepemimpinan tiga dimensi, dan model kepemimpinan lima faktor.
6. Aplikasinya bagi kepemimpinan
Dalam hubungan dengan kepemimpinan pendidikan, penulis berpendapat bahwa ketiga macam pendekatan, pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional sangat diperlukan. Ketiga-tiganya merupakan variabel pokok yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam kepemimpinan pendidikan.

Bab III halaman 48 s/d 67
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

A. Tipe atau gaya kepemimpinan
Tipe atau gaya kepemimpinan ada tiga yakni ; (1) otokratis, yakni pemimpin yang bertindak dictator terhadap anggota-anggotanya, (2) laisserfair, yakni memberikan kebebasan terhadap bawahannya, (3) demokratis, yakni seorang pemimpin yang selalu memberikan dorongan kepada bawahannya, pemimpin demokratis mencoba bersifat obyektif dalam memuji dan mengkritik.
B. Sifat-sifat kepemimpinan
Yakni yang dikemukakan oleh Prof. Dr. A. Abdurrahman, adil, suka melindungi, penuh inisiatif, penuh daya penarik, penuh kepercayaan pada diri sendiri. Setelah tahu sifat kepemimpinan perlu juga kita ketahui tentang sifat kepemimpinan pendidikan, yakni : rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya pada diri sendiri, Jujur, adil, dan dapat dipercaya, keahlian dalam jabatan.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin
Dalam pasal ini akan dibicarakan secara khusus dan lebih konkret lagi factor-faktor yang pada umumnya sangant dominan mempengaruhi perilkau seorang pemimpin. Adapun factor-faktornya sebagai berikut :
Keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya.
Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabannya.
Sifat-sifat kepribadian pemimpin.
Sifat-sifat kepribadaian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya.
Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.
D. Kepala dan pemimpin
Kepala maupun dalam pengertian kedua tersebut memiliki persamaan dan perbedaan yakni :
Persamaannya ; keduanya menghadapi/ mengepalai kelompok, keduanya bertanggung jawab.
Perbedaannya yakni :
Kepala bertindak sebgai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai organisator dan koordinator. Dll.
Tugas seorang kepala yakni, bertanggung jawab terhadap pihak ketiga/ atasannya, atau tugas yang telah dipikulnya. Bagaimana seorang kepala dapat mendapat pengakuan sebagai pemimpin? Kepala harus mengetahui cara yang baik untuk mengerjakan sesuatu untuk mengetahui hasil mana yang baik, dan waktu mana yang tepat untuk mencapai tujuan.
Pemimpin, dalam pandangan kuno dan modern. Pemimpin dalam kontek kuno yakni seorang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang yang lain, seperti orang terkuat, paling pemberani, terpandai, paling banyak makan garam dan lain sebagainya. Sedangkan pemimpin dalam kontek modern seperti sekarang ini, yakni : kecakapan-kecakapan seorang dewasa ini terutama terletak pada kecakapan memilih pembantu-pembantu (orang yang memiliki keahlian tertentu sehingga dapat menjalankan peranan tertentu dalam rangka keseluruhan, kecakapan membuat team keahlian tertentu, yang dapat memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompoknya).
E. Peranan seorang pemimpin
Adapun peranan seorang pemimpin menurut ahli jiwa menyimpulkan ada 13, yakni : (1) sebagai pelaksana executive, (2) sebagai perencana planner, (3) sebagai orang ahli exepert, (4) mewakili kelompok, (5) mengawasi hubungan antar anggota kelompok, (6) bertindak sebagai pemberi ganjaran/ pujian dan hukuman, (7) bertindak sebagai wasit dan penegah, (8) merupakan bagian dari kelompok exemplar, (9) merupakan lambang kelompok, (10) pemegang tanggung jawab, (11) sebagai pencipta/ memiliki cita-cita, (12) bertindak sebagai seorang ayah, (13) sebagai “kambing hitam”.
F. Pengambilan putusan
Langkah-langkah pengambilan keputusan,
Model-model pengambilan keputusan, Jenis-jenis partisipasi.

Bab IV halaman 73 s/d 97
KEPENGAWASAN DALAM PEMIMPIN

1. Masalah tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menjalankan suatu tugas kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
2. Supervisi (kepengawasan)
a. Pendahuluan
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita Indonesia ¬– sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang – maka kewajibannya dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya mengalami perkembangan dan perubahan pula.
b. Pengertian supervisi
Supervisi adalah suatu aktivasi pembinaan yang direncanakan untuk para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara aktif.
c. Tipe-tipe kepengawasan
Burton dan brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervisi, yaitu inspeksi, laissez-faire, coercive, training and guidance, dan democratic leadership.
d. Kepengawasan dan semangat
Dalam melakukan pengawasan perlu adanya penyelenggaraan dan pelaksanaan kerja sama seperti dimaksudkan di atas, diperlukan dasar-dasar yang meliputi keinsafan, kesadaraan, dan semangat.
Semangat ialah sesuatu yang membuat orang-orang mengabdi kepada tugas pekerjaannya, di mana kepuasan bekerja dan hubungan-hubungan kekeluargaan yang menyenangkan menjadi bagian dari padanya. Rasa kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, sifat dapat dipercaya, dan kesanggupan bekerja sama, menjadi cirri-ciri semangat yang tinggi.
e. Ciri-ciri seorang supervisor yang baik
Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di bawah pengawasan. Menguasi/ memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang theknik-theknik kepengawasan, terutama human relation. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan/disusun.
f. Fungsi-fungsi supervisi
Dalam bidang kepemimpinan. Dalam hubungan kemanusiaan. Dalam pembinaan proses kelompok. Dalam bidang administrasi personel. Dalam bidang evaluasi.
g. Tugas-tugas supervisor
Menghadiri rapat/pertemuan-pertemuan organisasi-organisasi professional
Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
Melakukan classroom visitation atau class visit.
Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru, dll.
3. Jenis supervisi
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran. Sedangkan supervisi pengajran disini yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi baik personil maupun materil.
b. Supervisi klinis
Supervisi klinis merupakan bentuk proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan mengajar.
c. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Dalam pengawasan yang dilakukan oleh menteri P dan K, dan perundang-undangan yang berlaku dan rencana yang telah ditetapkan. Agar tidak terjadi salah urus. Pengawasan fungsional merupakan bentuk pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannyasebagai pengawas.
4. Intervice-training dan upgrading
Intervice-training merupakan salah bentuk pembinaan yang bertujuan guna meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pengajar. Sedangkan upgrading (penataran) merupakan tujuan untuk meninggikan taraf ilmu pengetahuandan kecakapan para pegawai.
5. Penempatan guru dan mutasi pemimpin sekolah.
Masalah penemptan guru, ini dikarenakan belum adanya planning. Dari pengalaman yang sudah-sudah bahwa pengangkatan atau penempatan guru merupakan masalah yang tidak mudah karena memrlukan pemikiran dan pertimbangan yang matang. Adapun mutasi pimpinan sekolah dimana dalam mutasi vertikal maupun horizontal merupakan suatu bentuk roling kerja atau peningktan mutu mengajar.

Bab V halaman 101 s/d 123
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR

1. Kepala sekolah sebagai administrator
a. Membuat perencanaan
Program pengajaran, kesiswaan atau kemuridan, kepegawean, keuangan, perlengkapan.
b. Menyusun orgasnisai sekolah
Untuk menyusun organisai sekolah yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: mempunyai tujuan yang jelas, para anggota memahami dan memahami tujuan tersebut, adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan, kesatuan, dsb.
c. Bertindak sebagai koordinator dan pengarah
Adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antar bagian atau antar personel sekolah, dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan.
d. Melaksanakan pengelolaan kepegawean
Pengelolaan kepegawaian mencakup didalamnya penerimaan dan penempatan guru dan atau pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru pegawai sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, dsb.
2. Funsi-fungsi pokok operasinal sekolah
Ada lima fungsi pokok pengoperasian sekolah yang harus diketahui, yakni: (1) Fungsi manajemen, (2) fungsi administrasi umum, (3) fungsi pengwasan atau supervisi, (4) fungsi pengajaran, (5) fungsi pelayanan khusus.
3. Kepala sekolah sebagai supervisor
a. Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
Supervisor hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.
b. Prinsip-prinsip supervisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Prinsipnya yakni; suipervisi hendaknya bersifat kontruksif dan kreatif, supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya, dsb.
c. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran
Fungis sebagai administrator antara lain; membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya, dsb.
d. Teknik-tehnik supervisi
Teknik perseorangan yakni; mengadakan kunjungan kelas, mengadakan kunjungn observasi, dsb. Kedu teknik kelompok yakni; mengadakan pertemuan atau rapat, mengadakan diskusi kelompok, menadakan penataran-penataran, dsb.
e. Pembagian tugas pekerjaan kepada guru
Pemberian tugas pekerjaan kepada guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah.

Bab VI halaman 128 s/d 138
STRUKTUR ORGANISASI
DALAM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

1. Struktur sentralisasi
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, cirri-ciri pokok yang sangat menonjol ialah adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu.
2. Struktur desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat.
3. Organisasi pendidikan di Indonesia
Adanya sejarah singkat yang menceritakan pendidika dari zaman penjajahan belanda hingga sampai zaman kemerdekaan seperti sekarang ini. Organisasi yang terdapat senisal penyelenggaraan SD, pendidikan diluar Dep P dan K,
4. Struktur organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dalam struktur organisasi ini terdapat lima macam yakni;
a. Menteri dan Staf ahli menteri
b. Unit organisasi tingkat pusat
c. Kantor wilayah Departemen P dan K
d. Kantor Depdikbud Kabupaten/ kotamadya
e. Kantor Depdikbud Kecamatan

Bab VII halaman 144 s/d 156
GURU DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

1. Pentingnya partisipasi dalam administrasi pendidikan
Partisipasi yang di maksud di sini adalah, hendaknya ditafsirkansebagai sebuah kesempatan kepada pihak guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat di terapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
2. Arti demokrasi dalam administrasi sekolah
Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya diartikan bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan, dengan tujuan sekolah dan cara untu mencapainya dikembangkan dan dijalankan.
3. Beberapa kesempatan berpartisipasi
a. Mengembangkan filsafat pendidikan
b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
c. Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian
d. Kesempatan-kesempatan berpartisipasi lainnya
4. Orientasi bagi guru-guru baru
Orientasi di sisni sangat diperlukan karena setiap pegawai atau guru baru pada umumnya menghadapi problem, baik problem yang menyangkut dirinya sendiri maupun problem yang berhubungan dengan tugas-tugas pekerjaan yang akan dilakukan.
5. Kode etik guru
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila, guru menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan diluar, dsb.




Bab VIII halaman 160 s/d 163
ORGANISASI SEKOLAH

1. Pentingnya organisasi sekolah yang baik
Sekolah, sebagai suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, gruru-guru, pegawai, tata usaha, dsb. Factor lain untuk menunjang organisasi sekolah yang baik yakni karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar saja, juga pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah, dll.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi susunan organisasi sekolah
Adapun faktor yang mempengaruhi adanya organisasi sekolah yakni, ada tiga;
a. Besar kecilnya sekolah
b. Letak sekolah
c. Jenis dan tingkatan sekolah






3. Contoh struktur organisasi sekolah
Organisasi sekolah yang agak besar (SMTP/ SMTA)

http://dunia-fikri.blogspot.com/2010/01/pengertian-skop-dan-fungsi-fungsi-pokok.html